Asal Mula Penerapan Konsep Eco Culture di Indonesia

Budiarsa Sastrawinata, Managing Director PT Ciputra Development Tbk (CTRA), pernah membahas Konsep Eco Culture di Singapura. (Foto: Bisnis Indonesia/ Galih Kurniawan)

MAJA, SEKITARMAJA.COM – Bagi Anda yang membeli dan memiliki unit rumah atau ruko di Citra Maja City (CMC), tentunya sudah tak asing lagi dengan frase “eco culture”.

Istilah ini dipakai sebagai tagline yang mengedepankan keunggulan proyek properti CMC yang dalam 20-30 tahun lagi akan bisa menjadi sebuah kota mandiri.

Penerapan konsep ini sendiri sudah dibahas secara terbuka di event global Luminary Leadership Forum di Singapura pada 26 Maret 2013 oleh Direktur Ciputra Residence Budiarsa Sastrawinata yang kala itu menjabat sebagai Managing Director Ciputra Group sekaligus Presiden International Urban Development Association. 

Konsep Eco Culture dihadirkan sebagai solusi inovatif yang ramah lingkungan atas problem lingkungan hidup di banyak proyek perumahan di sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia. Menurutnya, kebanyakan pihak masih menunggu solusi dan saling tuding. 

“Mengapa tidak segera memulai, menjadi pelopor sekarang daripada menunggu-nunggu dan saling menyalahkan?” ucapnya di panggung Luminary Leadership Forum 2013 yang berlangsung siang itu di Fullerton Hotel, Singapura.

Makna di balik logo Eco Culture. (Foto: Raisoni.net)

Budiarsa mengemukakan lebih lanjut mengenai kepeloporan Ciputra Group dalam hal kepedulian terhadap pelestarian lingkungan hidup dalam proyek-proyek yang dikembangkannya. 

Ia menjelaskan pada audiens diskusi panel tersebut, “Dalam proyek CitraRaya Tangerang yang mengusung Konsep Eco Culture, kami mulai menerapkan dan memperkenalkan isu go green pada masyarakat Indonesia yang mayoritas masih merasa asing (terhadap isu tersebut -redaksi)”.

Budiarsa menyebutkan beberapa contoh penerapan Konsep Eco Culture, yakni model jalan yang dilengkapi lajur khusus pesepeda serta trotoar yang lebar untuk mengakomodasi para pejalan kaki. Ini semua agar penghuni lebih nyaman berjalan kaki dan bersepeda jika hanya ingin menempuh jarak dekat, tidak harus mengendarai mobil. Dengan demikian, emisi karbon bisa ditekan, terangnya.

Ia juga mengakui harus adanya unsur ‘paksaan’ dari pengusaha dan produsen agar masyarakat atau konsumen mau berpindah ke gaya hidup yang lebih peduli lingkungan. Misalnya dengan membuat memasukkan kartu ke slot yang disediakan sehingga lampu kamar mati secara otomatis. Penghematan energi pun dapat dilakukan karena mereka tidak punya pilihan lain dari apa yang disediakan oleh produsen.

Hadir bersama Budiarsa siang itu dalam diskusi panel “Going Green: Innovative Solutions” adalah sejumlah pebisnis andal Asia yakni Aida Greenbury (Managing Director of Sustainability and Stakeholder Engagement of Asia Pulp and paper Group), Dean Draper (Managing Director BASF di Asean), Joshua Soh (Managing Director CISCO Singapura dan Brunei), dan Philippe Arsonneau (Senior Vice President dari Schneider Electric untuk Asia Pasifik dan Jepang). (*/)

One thought on “Asal Mula Penerapan Konsep Eco Culture di Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *