
MAJA, SEKITARMAJA.COM – Jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan memiliki sejarah panjang yang terkait dengan perkembangan transportasi kereta api di Indonesia, khususnya di wilayah Banten.
Menurut buku “Sejarah Perkeretaapian Indonesia” oleh J.J.G. Oegema yang diterbitkan pada tahun 1982, jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan dibangun pada masa kolonial Belanda pada tahun 1916.
Jalur ini dioperasikan oleh perusahaan kereta api kolonial Staatsspoorwegen (SS), yang bertanggung jawab atas pembangunan dan pengelolaan jaringan kereta api di Hindia Belanda.
Rangkasbitung, sebagai titik awal jalur ini, merupakan lokasi strategis karena terhubung dengan jalur kereta api menuju Jakarta (Batavia saat itu), sementara Labuan di pesisir selatan Banten berperan sebagai daerah penghubung untuk perdagangan dan transportasi.
Pembangunan jalur ini merupakan bagian dari perluasan jaringan kereta api di Jawa untuk mendukung pengangkutan hasil bumi, seperti kopi, teh, dan produk perkebunan lainnya, ke pelabuhan untuk diekspor.
Tak cuma untuk transportasi hasil bumi, jalur ini juga dimaksudkan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan mendukung aktivitas ekonomi.
BACA JUGA: 2026, Pembangunan KRL Jalur Maja-Rangkasbitung-Serang dan Operasional KRL Rangkas-Labuan Dimulai
‘Mati Suri’ Karena Kalah Populer
Begitu Indonesia merdeka, Banten dan kereta seolah terlupakan. Di masa pasca kemerdekaan, jalur kereta Rangkasbitung-Labuan memang tetap beroperasi tetapi dari ke waktu jadwal keberangkatannya makin jarang dan kualitas kereta maupun relnya menurun akibat naiknya penggunaan moda transportasi pribadi seperti mobil dan truk di Banten.
Hingga akhirnya jalur tersebut ditutup tahun 1984 dan tidak pernah lagi digunakan hingga sekarang.
Faktor-faktor penyebab ditutupnya jalur Rangkasbitung-Labuan selain karena hal yang telah disebutkan ialah karena jumlah penumpangnya makin sedikit.
Belum lagi biaya perawatannya yang relatif mahal sehingga tidak bisa menutup biaya operasional.
Akibatnya infrastruktur tersebut makin rusak dan tidak terawat lagi bahkan sebagian ruas relnya sudah tertutup tetumbuhan liar dan dialihfungsikan oleh warga setempat.
‘Bangkit dari Kubur’
Jalur kereta Rangkasbitung-Labuan kembali diperbincangkan karena pemerintah pusat dan provinsi terkait sepakat reaktivasi jalur rel bekas masa kolonial ini bisa membangkitkan pertumbuhan ekonomi wilayah Pandeglang yang selama ini masih banyak tertinggal.
Dengan diaktifkannya kembali jalur kereta ke Labuan, makin banyak aktivitas ekonomi yang bisa dilakukan di Pandeglang berkat mudahnya akses transportasi umum. Apalagi jika ditinjau dari sudut pandang keuangan, penggunaan kereta jauh lebih efisien dan hemat bagi masyarakat umum yang tinggal di Banten Utara atau Jakarta dan sekitarnya dibanding harus naik motor atau mobil pribadi untuk bisa menjangkau Banten Selatan.
Di sisi lain, penggunaan kereta juga bisa mengurangi kemacetan yang selama ini kadang dijumpai di ruas jalan Banten Selatan yang masih belum tersentuh tol dan jalannya masih relatif sempit dan pilihan jalurnya amat terbatas.
Sebagai bukti keseriusan dari rencana pemberdayaan wilayah Banten Selatan tersebut, proyek reaktivasi ini mendapat dukungan dari Kementerian Perhubungan dan pemerintah daerah, dengan target operasional pada tahun 2026. (*/)