5 Langkah Nyata Agar Maja Tak Jadi Bekasi Kedua

Danau Ecoclub Citra Maja City menjadi salah satu penampungan air hujan yang berguna mencegah banjir di kawasan Maja, Lebak, Banten. (Foto: dok. sekitarmaja.com)

MAJA, SEKITARMAJA.COM – Minggu lalu sempat heboh berita hebatnya banjir yang melanda Kota Bekasi, Jawa Barat. Hingga Minggu kemarin (9/3), dikabarkan bahwa Bekasi masih dihantui ancaman banjir. Bahkan area-area di 8 kecamatan di Bekasi yang sudah surut kembali tergenang saat hujan turun hari Minggu kemarin akibat naiknya curah hujan di hulu Sungai Bekasi, demikian ungkap laman detik.com.

Banjir besar kali ini melanda 8 kecamatan yaitu Kecamatan Rawalumbu, Pondokgede, Bekasi Barat, Bantargebang, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, Jatiasih dan Bekasi Timur. Semuanya terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bekasi.

Mulai Sedini Mungkin

Terkait berita ini, muncul juga kekhawatiran risiko banjir dalam benak warga penghuni daerah-daerah perumahan lain tak terkecuali warga Maja di Kabupaten Lebak meski sejauh ini ancaman banjir di Maja masih terbilang relatif rendah. Di sini terletak dua kawasan perumahan besar yakni Citra Maja City dan Permata Mutiara Maja.

BACA JUGA: Banjir Kembali Landa Jakarta, Maja Tetap Aman

Ditemui oleh sekitarmaja.com hari Minggu kemarin (9/3), penulis, aktivis HAM sekaligus pemerhati lingkungan Andreas Harsono berpendapat bahwa segenap elemen masyarakat Maja harus meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya lingkungan hidup dan bertindak nyata menjaga lingkungan sekitar jika tidak mau berakhir seperti Kota Bekasi di masa depan.

“Perlu adanya gerakan nyata di masyarakat dalam bentuk grass-root movement. Jangan mengharapkan atau menunggu pihak developer untuk bertindak,” ungkapnya.

BACA JUGA: Cegah Banjir di Maja, Bendungan Cicinta Akan Direvitalisasi

5 Langkah Nyata Cegah Banjir di Maja

Andreas merinci bahwa terdapat beberapa langkah yang kita semua bisa lakukan untuk mencegah Kota Mandiri Maja tertimpa bencana banjir tahunan layaknya Kota Jakarta dan Kota Bekasi di masa datang.

  • Tanam Pohon

Langkah nyata pertama untuk mencegah agar Maja tak menjadi Bekasi kedua menurut Andreas ialah menanam pepohonan di sekitar lingkungan perumahan kita.

Lebih baik lagi jika kita juga membuat lubang-lubang biopori yang bisa diisi sampah organik (seperti sisa makanan) dan sumur resapan air hujan yang bisa mempercepat penyerapan air ke dalam tanah.

  • Perbanyak Permukaan Tanah

Langkah kedua ialah dengan tidak menyemen halaman rumah dan tidak memasang kanopi di halaman rumah.

Alasannya ialah karena kanopi langsung membuang air hujan ke saluran air. Idealnya air hujan bisa turun ke halaman rumah yang masih berupa tanah (tanpa semen) sehingga memperbesar area penyerapan air hujan. Semen otomatis mempersulit air hujan untuk diserap tanah.

  • Bangun Trotoar

Langkah ketiga ialah masyarakat harus bersatu mendorong pihak pengembang dan pemerintah setempat untuk membangun trotoar/ pedestrian bagi para pejalan kaki di berbagai fasilitas umum terutama area Stasiun Maja yang menjadi pintu masuk utama menuju ke Kota Mandiri Maja.

Jika trotoar yang nyaman tersedia, penggunaan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil pribadi bisa diminimalkan dan bisa menekan emisi gas polutan yang memicu polusi yang pada akhirnya berkontribusi pada krisis iklim.

  • Naik Transportasi Umum

Langkah keempat yang tak kalah pentingnya ialah mendorong penggunaan sarana transportasi umum untuk bisa mencegah gelombang motorisasi (penggunaan motor yang tidak terbendung) yang menjadi faktor pemicu keruwetan area dalam perkotaan dan menekan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.

Motorisasi ekstrim sudah kita saksikan sendiri dampak negatifnya pada warga Jakarta dan Bekasi selama ini. Selain meningkatkan polusi udara, tingkat stres warga perkotaan juga naik akibat polusi suara. Tak heran jika angka depresi di daerah perkotaan juga relatif lebih tinggi.

  • Beri Edukasi

Langkah kelima ialah memberikan edukasi bagi warga dan anak-anak usia sekolah soal pentingnya menjaga lingkungan hidup terutama karena kita semua hidup di era krisis iklim yang dampaknya bisa mengenai siapa saja tanpa memandang suku, agama, ras, dan perbedaan apapun.

“Jangan sampai kita (warga di Maja -red) terjebak dalam situasi hopeless (putus asa) sebagaimana di Jakarta dan Bekasi, di mana pemerintahnya lamban, korup, dan tidak tanggap lingkungan,” tutup pria yang juga sudah memutuskan bermukim secara permanen di Citra Maja City ini. (*/)

BACA JUGA: Banjir Landa 40 Rumah di Desa Gubugan Cibeureum, Citra Maja City Aman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top