MAJA, SEKITARMAJA.COM – Dalam membeli properti, konsumen perlu banyak mempertimbangkan banyak faktor agar tidak kecewa di masa depan.
Kebetulan ada dua proyek pengembangan besar dari dua pengembang bereputasi positif yang menyita perhatian masyarakat di jalur kereta Rangkasbitung yakni Citra Maja City (CMC) dan Podomoro Tenjo (PT).
Untuk membandingkan keduanya, kita bisa memakai beberapa aspek yang biasa dipakai untuk menilai prospek sebuah properti: yakni jarak dari tempat kerja, luas kawasan, reputasi pengembang, harganya, prospek ekonomi ke depan, dan kenyamanan transportasi umum.
Soal jarak tempuh ke kantor kebanyakan orang yang masih ada di mantan ibu kota Jakarta, baik CMC dan Podomoro Tenjo relatif sama jauhnya. Kalaupun ada perbedaan jarak, bisa dikatakan juga sedikit saja. Podomoro Tenjo lebih sedikit waktu tempuhnya 11 menit dibandingkan CMC yang memakan waktu sekitar 1 jam 23 menit. Mungkin terkesan sama-sama jauhnya tapi selisih ini tetap membuat Podomoro Tenjo unggul tipis sehingga adil kalau kita mengatakan Podomoro Tenjo menang.
Membahas soal luas kawasan yang dikembangkan, CMR menang karena cakupan lahannya yang tidak main-main: 2600 hektar. Ada yang berkata kurang dari itu tapi meski memang kurang dari 2600 ha pun, CMC masih menang sebab PT cuma 650 hektar. CMR menang di aspek luas area.
Kawasan CMC juga dinilai lebih dulu berkembang dari PT. Meski masih banyak yang kosong rumah dan rukonya tapi fasilitas umum sudah relatif lebih lengkap. PT masih di belakang.
Untuk nama besar pengembang properti, keduanya sama-sama bukan nama yang bisa diremehkan. Reputasi sudah mapan sehingga para peminat percaya menaruh uangnya ke CMC dan PT. Di sini keduanya bisa dikatakan sama-sama seimbang dan menang.
Lalu soal harga propertinya, CMC menawarkan rumah tipe 22 dengan luas tanah 60 meter persegi dengan harga Rp170 juta. Sementara itu, PT menawarkan rumah ukuran yang sama dengan harga Rp180 juta. Mungkin di tahun 2024 sudah ada penyesuaian harga tetapi pada dasarnya harga properti di kedua proyek ini beda tipis. Bisa juga karena perbedaan spesifikasi material dan hal-hal lain yang belum dimasukkan dalam pertimbangan. Tapi secara umum, bisa dikatakan keduanya sama, impas.
Untuk kenyamanan infrastruktur transportasi umum, bisa dikatakan Podomoro Tenjo punya kelebihan karena sudah ada stasiun penghubung antara Stasiun Tigaraksa dan Podomoro Tenjo. Sebagaimana Anda bisa lihat di video berikut, lahan parkirnya juga lebih tertata daripada Stasiun Maja. Sementara itu, stasiun intermoda terintegrasi sebagaimana yang kita bisa saksikan di Stasiun Cisauk masih belum ada di Maja. Menurut sebuah sumber yang tepercaya pembangunan stasiun terintegrasi ini belum ada kepastian dari pengembang tetapi mungkin posisinya bakal dekat dengan klaster Parkville di CMC Tahap 1.
Untuk prospek ekonomi masa depan, cuma waktu dan kinerja masing-masing pengembang yang bisa menjawab. Dan ini bisa tergantung banyak faktor termasuk di antaranya ialah kemampuan pengembang menggandeng mitra yang tepat, tak bermasalah dengan hukum dan problem lainnya. Selain itu, juga mesti ada iklim persaingan yang sehat agar bisa berkembang.
Kalau ada pesaing biasanya pengembang akan lebih waspada dan bekerja sebaik mungkin, tidak santai dan manja. Di sini kehadiran PT justru bisa menjadi pesaing yang baik untuk CMR yang sudah lebih dulu berkembang.
Apakah CMR bisa menjadi kota mandiri yang lebih unggul dan berdaya saing? Mari kita lihat perkembangannya. (*/)