5 Alasan Utama kenapa Sebagian Warga Maja Belum Ber-KTP Maja

MAJA, SEKITARMAJA.COM – Dibandingkan dengan kota-kota satelit penyangga Jakarta yang tak lagi menjadi ibu kota, seperti Bumi Serpong Damai atau Cisauk, bisa dikatakan perkembangan Maja memang relatif lambat.

Sebagaimana sudah dirangkum oleh sekitarmaja.com dalam tulisan “Sejarah Kota Mandiri Maja di Lebak, Banten” 8 Januari 2024 lalu, Maja sudah menjadi bagian rencana pengembangan kota baru sejak dekade 1990-an, zaman pemerintahan Orde Baru saat negara ini masih berada di bawah kepemimpinan Presiden Suharto.

Sayangnya, rencana pengembangan Maja sebagai kota baru tersendat oleh badai krisis multidimensi 1998 dan cukup lama terbengkalai. Geliatnya baru terasa kembali pada tahun 2010-an.

Menurut catatan, Citra Maja Raya sendiri baru secara aktif dipasarkan sekitar tahun 2014-2015.

Dengan demikian, bisa dikatakan realisasi Maja sebagai kota mandiri baru tak semulus yang dibayangkan para penggagasnya dahulu.

Rumah Banyak, Penghuni Sedikit

Sebuah artikel berjudul “Jadi Kota Baru, Penduduk Maja di Lebak Tak Bertambah Signifikan” yang ditayangkan oleh idntimes.com pada Agustus 2023 lalu menyinggung soal rendahnya angka penduduk baru di wilayah Maja yang sudah dikembangkan oleh sejumlah pengembang besar.

Muhammad Iqbal sebagai penulis artikel tersebut berargumen bahw mutasi data kependudukan ke wilayah Maja tergolong “tidak signifikan”. Secara lebih rinci, ia mengutip data milik Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kab. Lebak di Kec. Maja. Ditemukan angka 976 warga yang mutasi ke Maja dari bulan April 2022 hingga Juni 2023.

Yang aneh, malah terjadi lebih banyak mutasi kependudukan ke area Rangkasbitung, Cibadak, dan Malingping, 3 area yang sama sekali bukan konsentrasi pembangunan kota baru. Angka mutasi kependudukan 3 area tersebut berturut-turut ialah 2719, 1098, dan 1051. Wajar jika 976 dianggap rendah.

‘Buta’ Prosedur dan Sibuk Kerja

Alasan pertama orang enggan pindah dan menetap ke Maja sebagai penduduk permanen menurut penelusuran idntimes.com ialah karena masih ada sebagian warga yang belum tahu alur pengurusan data mutasi kependudukan ini di wilayah Maja, Lebak.

Hal ini bisa dimaklumi karena mayoritas warga penghuni rumah baru di Maja ialah kaum pekerja di Jakarta, yang sibuk di hari-hari kerja dan cuma memiliki waktu luang di akhir pekan. Mengurus mutasi kependudukan sendiri mengharuskan mereka meminta izin cuti kerja di kantor selama minimal sehari. Itu karena jarak yang ditempuh ke kantor Dukcapil setempat relatif jauh.

Selain itu, ada rasa malas dari warga untuk menjalani prosedur cabut berkas yang tentu bisa memakan biaya lagi. Padahal tentunya mereka ingin menghemat biaya hidup dengan kondisi ekonomi seperti saat ini.

Rumah sebagai Instrumen Investasi

Alasan berikutnya ialah sebagian besar rumah di perumahan-perumahan Maja terutama Citra Maja Raya masih kosong karena pemiliknya membeli dengan tujuan berinvestasi jangka panjang.

Mereka membeli rumah-rumah murah di Maja dengan maksud dijadikan alat untuk mendapat keuntungan jika nantinya daerah ini sudah lebih ramai dan menguntungkan secara komersial seperti BSD maupun Alam Sutera.

Sementara itu, mereka ini masih lebih banyak tinggal di hunian mereka di area Jakarta, Tangsel, BSD atau Bekasi dan cuma di akhir pekan atau sesekali saja memeriksa rumah mereka.

Karena mindset wait-and-see seperti inilah, kota mandiri Maja menjadi agak lebih lambat berkembang. Orang saling menunggu untuk menggerakkan perekonomian tetapi enggan untuk turun membangun perekonomian di wilayah ini dengan tinggal dan beraktivitas di dalamnya. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bersama baik bagi pengembang, pemerintah setempat, dan warga pemilik rumah.

Karena itu, tipe pemilik rumah yang seperti ini cenderung suka menyewakan saja unit rumahnya dengan murah atau menjualnya dengan keuntungan tipis saat butuh dana segar secepatnya. Tarifnya bisa Rp6 juta per tahun saja untuk sewa satu rumah utuh yang sudah bisa ditinggali langsung (full furnished).

Lesunya Ekonomi Nasional dan Global

Tak bisa disangkal bahwa apa yang terjadi di Maja juga imbas dari kondisi ekonomi dalam negeri dan dunia yang sedang ‘kurang darah’.

Tercatat ada rentetan konflik geopolitik yang memicu ketidakstabilan ekonomi dari perang Ukraina-Rusia hingga genosida Palestina oleh Israel. Belum lagi tahun politik 2024 saat Pemilu presiden dan wakil presiden serta para calon legislatif. Semua peristiwa ini membuat orang menahan diri untuk mengeluarkan uang dan cenderung menabung demi berjaga-jaga supaya tetap bisa memenuhi kebutuhan dasar apabila kondisi makin memburuk.

Pelemahan ekonomi juga membuat sejumlah perusahaan dan tech startups di Indonesia memecat karyawan-karyawannya. Tercatat selama 2022 ada GoTo, Sayurbox, Ruangguru, Shopee Indonesia, Glints, Oyo, Ajaib yang sudah merampingkan jumlah karyawannya, ungkap cnnindonesia.com. Belum lagi di sektor industri selain teknologi yang juga terkena dampak pelemahan ekonomi ini, misalnya industri tekstil (baca di cnbcindonesia.com).

Karenanya juga tak heran saat kita saksikan sebagian rumah juga terlihat menawarkan kepada pihak lain dengan skemaoper kredit KPR atau rumah akhirnya disita pihak bank pemberi KPR karena pihak pembeli rupanya tidak sanggup mencicil kembali atau menunggak cicilan bulanan sehingga makin memperparah kondisi lengang di Maja.

Pendidikan Anak

Terdapat sebuah kekhawatiran juga yang ditemukan oleh sekitarmaja.com dalam benak orang-orang tua dengan anak-anak usia sekolah mengenai ketersediaan sekolah bermutu di wilayah Maja.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sekolah-sekolah yang sudah punya mutu pendidikan di atas rata-rata, memiliki reputasi bagus, dan diakui secara luas kualitas alumninya masih terpusat di wilayah Jakarta dan Tangerang.

Dengan sistem zonasi dalam Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru yang didasarkan pada KTP orang tua dan dokumen Kartu Keluarga, para orang tua tentu enggan jika anaknya ‘terpaku’ di sekolah-sekolah Maja padahal mungkin masih ada harapan untuk mendapatkan sekolah yang lebih baik lagi di luar Maja.

Hingga saat ini ketersediaan fasilitas pendidikan dan pengajar berkualitas berupaya diwujudkan di kota baru Maja dengan hadirnya SD-SMP-SMA Mutiara Bangsa (dan akan dibuka juga SMK-nya), SD Islam Terpadu Insan Cendekia, dan yang terkini ada Pendidikan Pra Sekolah berupa TK Little Cikal. (*/)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *