MAJA, SEKITARMAJA.COM – Seorang balita berusia 5 tahun berinisial MAM dari Kelurahan Muara Ciujung Barat, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, menderita kelainan kelamin ganda dan membutuhkan bantuan masyarakat. Orang tua MAM, Sarbini, mengungkapkan kesulitan mereka sebagai keluarga kurang mampu untuk membawa anak mereka berobat ke rumah sakit di Jakarta. Demikian dilansir dari laman bantenraya.co.
Kelainan ini terdeteksi sejak MAM lahir pada tahun 2019. Meski sudah dibawa ke rumah sakit besar di Jakarta, penanganan belum bisa dilakukan karena usia MAM yang masih terlalu muda. Sarbini menyatakan bahwa biaya transportasi pulang-pergi Rangkas-Jakarta sudah sangat memberatkan mereka.
Baru-baru ini, MAM kembali dibawa ke rumah sakit di Jakarta untuk pemeriksaan lanjutan. Pihak rumah sakit meminta keluarga untuk menunggu jadwal tindakan. Para ahli medis menyimpulkan bahwa MAM lebih dominan berjenis kelamin laki-laki, sehingga rencananya yang akan ditangani adalah alat kelamin perempuannya. Meski demikian, Sarbini menjelaskan bahwa saat ini anaknya masih buang air kecil melalui alat kelamin perempuan.
Menghadapi situasi ini, Sarbini mengajukan permohonan bantuan kepada berbagai pihak, termasuk BAZNAS Lebak. Ketua BAZNAS Kabupaten Lebak, KH Wawan Gunawan, menyatakan kesediaannya untuk membantu kasus MAM ini.
Kasus MAM menggambarkan realitas pahit yang dihadapi banyak keluarga kurang mampu di Indonesia ketika berhadapan dengan masalah kesehatan yang kompleks. Kelainan kelamin ganda atau interseks adalah kondisi langka yang memerlukan penanganan medis khusus dan biaya yang tidak sedikit. Tanpa dukungan finansial yang memadai, keluarga seperti MAM bisa terjebak dalam situasi sulit berkepanjangan.
Peran lembaga sosial seperti BAZNAS menjadi sangat penting dalam membantu meringankan beban keluarga kurang mampu yang menghadapi masalah kesehatan serius. Namun, kasus ini juga menunjukkan perlunya sistem jaminan kesehatan yang lebih komprehensif dan inklusif, terutama untuk penanganan penyakit atau kondisi langka.
Perhatian dan dukungan masyarakat luas juga diperlukan untuk membantu keluarga seperti MAM. Selain bantuan finansial, dukungan moral dan sosial juga penting untuk membantu mereka menghadapi tantangan medis dan sosial yang mungkin timbul di masa depan.
Kasus ini juga membuka diskusi lebih luas tentang pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap kondisi interseks. Edukasi publik tentang keberagaman biologis manusia perlu ditingkatkan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi yang mungkin dihadapi oleh individu dengan kondisi serupa.
Maka, penanganan kasus MAM bukan hanya tentang bantuan medis, tapi juga tentang membangun masyarakat yang lebih inklusif dan sistem kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan semua warga negara, terlepas dari kondisi ekonomi mereka.