Menakar Keseriusan Pemerintah dalam Pembukaan Kembali (Reaktivasi) Jalur Kereta Rangkas Bitung-Labuhan Banten

Dibuka pertama kali tahun 1906 dan ditutup tahun 1982, kini jalur Labuhan akan kembali diaktifkan demi pemerataan kesejahteraan di Banten. (Foto: Antara News)

MAJA, SEKITARMAJA.COM – Akhir Juni 2024 kembali muncul berita mengenai Kementerian Perhubungan yang berencana mengaktifkan kembali jalur kereta api non-aktif ini pada tahun 2025.

Proyek ini sempat terhambat oleh pandemi Covid-19, tetapi sekarang pemerintah mulai mengusulkan penganggaran kembali. Rencana anggaran yang diusulkan mencapai Rp 500 miliar. Reaktivasi jalur yang telah lama mati sejak 1982 ini diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan mendukung kawasan ekonomi di Tanjung Lesung. Demikian dikutip dari laman detik.com dan poskota.co.id.

Proyek reaktivasi akan melibatkan jalur dari Stasiun Rangkas Bitung di Kabupaten Lebak hingga Stasiun Labuan di Kabupaten Pandeglang. Selain itu, penertiban lahan jalur kereta juga akan dilakukan, termasuk pembongkaran dan relokasi bangunan dan rumah yang berada di rel. Masyarakat yang memiliki bangunan di jalur rel kereta akan mendapatkan ganti rugi.

Bupati Pandeglang, Irna Narulita, berharap reaktivasi jalur ini dapat mengurangi ketimpangan atau disparitas antara kawasan utara dan selatan. Dia juga berharap agar akses jalur kereta api tidak hanya sampai ke Labuan, melainkan juga mencakup Tanjung Lesung, Carita, Anyer, hingga Cilegon. 

“Pada tahun 2025 kami akan melanjutkan penertiban lahan sampai selesai tahun 2029,” ungkap Irna lewat antaranews.com. “Mudah-mudahan saja (reaktivasi -red) didorong lagi pasca pandemi Covid-19 lalu, supaya indikator makronya di Banten ini tidak jomplang, ketimpangan antara Utara dan Selatan,” imbuhnya.

Dengan konektivitas yang lebih baik di kawasan Banten ia mengharapkan terjadinya perbaikan kondisi perekonomian masyarakat secara umum terutama di wilayah Pandeglang yang menjadi tanggung jawabnya.

Bagian Rencana Induk Perkeretaapian Nasional

Menurut laman radarbanten.co.id pada 20 Juni silam, Kementerian Perhubungan melalui Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Jakarta menyatakan pihaknya akan melaksanakan reaktivasi rel kereta api Rangkasbitung-Pandeglang-Labuan mulai awal tahun 2025 sebab proyek ini merupakan bagian dari Rencana Induk Perkeretaapian Nasional.

Yang patut diperhatikan dalam pernyataan Kemenhub ialah bahwa diungkapkan total anggaran proyek reaktivasi jalur Labuhan ini akan memakan biaya sekitar Rp500 miliar, yang belum mencakup biaya pengadaan sarana dan prasarana kereta.

Setelah penertiban dan penyiapan lahan rampung, barulah proses pembangunan akan dilaksanakan secara bertahap dari 2025 hingga 2029.

Kurangi Ketimpangan Ekonomi Antarwilayah di Banten

Proyek ini bertujuan mendukung Kawasan Ekonomi Eksklusif di Tanjung Lesung dan mengurangi kesenjangan ekonomi antara wilayah utara dan selatan Banten.

Pemerintah daerah menyimpan harapan untuk menghubungkan jalur ini hingga ke Merak dan menambahkan jalur wisata ke KEK Tanjung Lesung.

Sebelumnya di Oktober 2023, kabar yang sama juga telah diterima masyarakat melalui Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Jakarta l-Banten Nur Setiawan Hadi lewat AntaraNews dan ditegaskan kembali 19 Junin 2024 silam oleh Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Jakarta Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Ferdian Suryo Adhi Pramono melalui laman detik.com.

Dengan konfirmasi yang bertubi-tubi dari para pemangku kepentingan ini, bisa dipastikan reaktivasi jalur Labuhan akan terwujud dalam beberapa tahun mendatang. 

Sejarah Jalur Rel Kereta Labuhan

Rel kereta api Rangkasbitung-Labuan di Banten, yang akan direaktivasi mulai 2025, memiliki sejarah panjang sejak era kolonial Belanda. Jalur sepanjang 56 km ini dulunya menjadi penggerak ekonomi Banten, ungkap laman goodnewsfromindonesia.id.

Sejarahnya dimulai akhir 1800-an saat perusahaan Staatsspoorwegen (SS) melakukan ekspansi di Banten. SS mendapat konsensi pembangunan rel Batavia-Anyer pada 1896, termasuk cabang ke Labuan dari Rangkasbitung.

Rel Rangkasbitung-Labuan mulai beroperasi pada 18 Juni 1906, melayani angkutan penumpang dan barang. Jalur ini berperan penting dalam distribusi garam dari gudang-gudang di Labuan.

Setelah beroperasi selama 76 tahun, layanan kereta api di jalur ini ditutup pada 1982 karena kalah bersaing dengan moda transportasi darat lainnya.

Kini, rencana reaktivasi bertujuan mendukung akses ke Kawasan Ekonomi Khusus Panimbang dan kawasan pariwisata di pesisir barat Banten. Proyek ini diharapkan selesai pada 2028 dan dapat berkontribusi kembali pada ekonomi Banten seperti di masa lalu. (*/)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *