MAJA, SEKITARMAJA.COM – Siapa yang menduga bahwa tata kota di sebuah area permukiman termasuk di kawasan suburban (di luar perkotaan) bisa menentukan risiko obesitas yang bisa dilihat dari tinggi rendahnya indeks massa tubuh (BMI) seseorang?
Temuan sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan tanggal 10 September 2005 oleh Oregon State University menyatakan bahwa obesitas dan tata letak sebuah lingkungan permukiman bisa memiliki kaitan erat.
Hal ini berlaku untuk lingkungan suburban yang tata ruang perkotaannya secara langsung atau tidak langsung mendorong penggunaan kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil.
Penggunaan kendaraan bermotor untuk ke mana-mana karena jarak yang relatif jauh dari hunian ke tempat-tempat komersial dan kondisi rute yang kurang nyaman untuk bergerak dengan sepeda atau jalan kaki kemudian memicu warga untuk bergaya hidup sedentari atau jarang bergerak.
Ahli ekonomi Andrew Plantinga dan Stephanie Bernell dari Oregon State University (OSU) Amerika Serikat tertarik untuk memperluas cakupan sebuah penelitian sebelumnya yang menemukan fakta bahwa warga kawasan permukiman di luar kota besar mayoritas memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi. Mereka menduga bahwa badan yang mengalami obesitas bisa terjadi tatkala seseorang terpaksa menggunakan kendaraan bermotor untuk menjangkau tempat-tempat lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang jaraknya terbentang relatif jauh dari rumahnya.
Yang menarik ialah warga yang biasanya memiliki indeks massa tubuh tinggi ini ialah perempuan muda yang baru saja menikah dan memilih untuk tinggal di daerah yang tempat-tempat pentingnya bisa dijangkau mudah dengan kendaraan bermotor.
Hal ini diperparah dengan tata kota dan infrastruktur transportasi wilayah yang condong memprioritaskan mobil atau motor dan mendorong warga berpikir bahwa berjalan kaki dan bersepeda adalah aktivitas yang tidak praktis, melelahkan dan relatif berbahaya. (*/)