‘TUHAN, IZINKAN AKU BERDOSA’ SENTIL PIHAK-PIHAK YANG SALAHGUNAKAN AGAMA DEMI SYAHWAT PRIBADI

https://www.instagram.com/p/C7gnE4lvJ5V

MAJA, SEKITARMAJA.COM – Tahun ini majalah CEOWORLD mengumumkan sebuah daftar negara “paling religius” di dunia. Pemeringkatan ini didasarkan pada hasil survei terhadap sekitar 820 ribu responden yang tersebar di 148 negara.

Hasilnya sangat menarik bagi masyarakat Indonesia. Peringkat wahid disandang oleh Somalia dengan persentase 99,8% responden di sana mengaku dirinya religius.

Negara yang bertengger di ranking ketujuh ialah negara kita, Indonesia. Persentase responden yang mengaku religius dari Indonesia tercatat sebanyak 98,7%.

Sebaliknya, CEOWORLD juga mencatat China menjadi negara “paling tidak religius” karena responden yang mengaku religius hanya 7%, paling rendah dibanding negara-negara lainnya.

Wanita di Tengah Eksploitasi Agama

Tidak heran jika film yang diarahkan oleh sutradara Hanung Bramantyo dengan judul Tuhan, Izinkan Aku Berdosa baru-baru ini menyita perhatian di tengah masyarakat kita yang amat religius ini.

Cerita film ini sangat menyentuh karena berkutat soal kehidupan seorang perempuan karakter utamanya yang juga menyentuh isu agama yang bagi masyarakat kita dipandang sebagai isu yang sensitif. Tak berlebihan jika film ini dikatakan ‘ngeri-ngeri sedap’.

Dari pemilihan judulnya, kita bisa tebak bahwa film ini mungkin bakal menimbulkan keresahan serta polemik yang berpotensi memicu perselisihan di kalangan tokoh agama dan sineas di tanah air.

Film ini dibintangi oleh sejumlah aktor dengan reputasi solid di dunia perfilman kita seperti Aghniny Haque, Djenar Maesa Ayu, Andri Mashadi, Donny Damara, Samo Rafael, Nugie, Ridwan Raoul Rohaz, dan lainnya.

Film tersebut berkisah tentang seorang wanita muda dengan wajah yang ayu dengan nama Kiran. Ia memiliki keinginan kuat untuk mengabdikan hidupnya di jalan Allah SWT. Itulah mengapa ia sering terlibat dalam aktivitas dakwah dan berusaha secara maksimal untuk menerapkan syariat Islam dalam kehidupannya.

Hanya saja, dalam perjalanannya, Kiran yang diperankan dengan apik oleh Aghniny Haque ini justru mendapat cobaan yang bertubi-tubi. Semua berawal dari ayahnya yang jatuh sakit. Saat itu Kiran bertemu dengan seorang tokoh religius dengan kepribadian yang manipulatif dan egois yang berlindung di balik agama dan ayat-ayat suci.

Sang ulama besar yang menjadi panutan kelompoknya tersebut secara tak terduga berani menawarkan dirinya untuk menikahi Kiran dan bersedia memberinya nafkah. Terdesak oleh kondisi ekonomi keluarga yang sedang di titik terendahnya, Kiran pun terdorong menerima tawaran sang ulama.

Namun, tak disangka-sangka ia bukan istri satu-satunya karena ternyata sang ulama telah memiliki dua istri sebelumnya.

Fakta mengejutkan tersebut yang ditambah dengan fitnah yang disebarkan oleh si ulama tadilah yang kemudian membuat Kiran memilih jalur kehidupan yang berbeda. Hidupnya keluar dari jalan yang ‘lurus’ sebagaimana yang ia bayangkan sebelumnya.

Kritik Sosial Keras

Film tersebut diadaptasi dari novel setebal 269 halaman karya Muhidin M. Dahlan yang berjudul Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur (2016).

Buku ini menceritakan tentang seorang mahasiswi bernama Nidah Kirani yang sangat taat beragama dan menjalani kehidupan dengan penuh kesederhanaan. Cita-citanya hanyalah untuk menjadi seorang muslimah yang taat menjalankan agama secara menyeluruh. Pada akhirnya, Nidah memutuskan untuk bergabung dengan sebuah organisasi Jemaat Islam.

Namun, dalam perjalanannya bersama organisasi tersebut, Nidah menemukan kekecewaan yang besar. Ia sering merasa tidak paham dengan beberapa konsep ketuhanan dan sering mengajukan pertanyaan tentang hal itu. Sayangnya, pertanyaan-pertanyaannya hanya dijawab dengan doktrin yang tertutup, membuatnya merasa tidak puas. Nidah mengalami kekosongan hidup dan kecewa terhadap agamanya.

Dalam kekecewaannya yang mendalam, Nidah akhirnya memutuskan untuk terjun ke dalam dunia pelacuran. Dia menjadi seorang “ayam kampus” yang melayani banyak pelanggan, terutama para politisi di kursi legislatif, baik dari sayap kanan maupun sayap kiri. Setiap kali melakukan hubungan intim, Nidah tidak merasa kecewa dan berkata kepada Tuhan bahwa dia melakukan itu karena kecewanya terhadap agamanya.

Novel tersebut sangat pas untuk dibaca masyarakat Indonesia saat ini karena mampu memberikan kritik sosial terhadap beberapa organisasi radikal yang mengusung gagasan pendirian negara bersyariat Islam, sekaligus cara oknum-oknum melakukan beragam praktik religius yang otoriter dan dogmatis dengan mengatasnamakan agama.

Bagaimana Kiran menjalani hidupnya yang kacau balau akibat konflik internal dan eksternal yang ia saksikan di sekelilingnya? Saksikan film ini di CGV Ecoplaza di Citra Maja Raya. (*/)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top