MAJA, SEKITARMAJA.COM – Baru-baru ini muncul pemberitaan yang menghebohkan warga provinsi Banten. Provinsi Banten dinobatkan tahun ini menjadi provinsi yang paling tidak bahagia oleh Biro Pusat Statistik.
Sebenarnya jika dicermati berita senada telah muncul tahun 2021 dan kembali mengemuka di media sosial tahun ini.
Munculnya kembali berita serupa tahun ini seolah menegaskan betapa stagnannya kondisi Banten soal peningkatan kesejahteraan penduduknya.
Data SPTK 2021
Menanggapi berita tersebut, penjabat (Pj) Gubernur Banten, Al Muktabar, meminta Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengungkap data terkait Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) tahun 2021, demikian dikutip dari MNC Portal.
Dalam survei tersebut, Banten dinobatkan sebagai provinsi dengan indeks kebahagiaan terendah se-Indonesia, yakni 68,08.
Al Muktabar ingin mengetahui identitas dan alamat lengkap warga Banten yang merasa tidak bahagia berdasarkan survei ini. Ia berencana mendekati mereka secara personal. Tujuannya untuk memahami penyebab ketidakbahagiaan dan mencari solusi yang tepat.
“Saya ingin membuka data, siapa saja yang tidak bahagia itu beserta nama dan alamatnya,” ungkapnya. “Saya ingin mengetahui identitas lengkap warga tersebut, agar dapat diupayakan langkah-langkah agar mereka bahagia.”
Menurutnya, jika ada hal yang bisa dilakukan pemerintah secara spesifik untuk meningkatkan kebahagiaan warga, maka ia akan melakukannya. Al Muktabar mengaku sedang berkoordinasi dengan BPS untuk memahami faktor-faktor penyebab rendahnya indeks kebahagiaan Banten.
Tak Ragukan Validitas Data BPS
Saat ditanya apakah meragukan hasil survei BPS, Al Muktabar menegaskan bahwa bukan demikian maksudnya. Ia mengakui kompetensi lembaga tersebut dalam mengeluarkan data. Namun, dirinya ingin mengambil langkah nyata meningkatkan kebahagiaan masyarakat Banten.
“Saya tidak meragukan institusi statistik, sebab mereka lembaga yang kompeten mengeluarkan data. Yang saya inginkan adalah bagaimana kita dapat bersama-sama mewujudkan kebahagiaan masyarakat,” imbuhnya.
Al Muktabar menyadari survei SPTK menggunakan sistem sampling. Artinya, ada responden yang disurvei oleh BPS. Karena itulah, ia ingin mengetahui identitas lengkap responden yang mengaku tidak bahagia untuk ditindaklanjuti.
Sementara itu menurut okezone 23 April 2024 lalu, Al Muktabar yang kembali ditanya soal isu yang sama berencana mengadakan hiburan bagi masyarakat.
“Kalau perlu saya harus menari, saya akan menari, saya akan siapkan hiburan-hiburan untuk itu (masyarakat bahagia),” ungkapnya.
Al Muktabar menegaskan bahwa survei GoodStats tersebut akan dijadikan parameter dalam menyusun kebijakan pemerintah.
Menurutnya, kebahagiaan masyarakat berkaitan erat dengan kesejahteraan. “Hal-hal yang menjadi pendapat publik terus kita giatkan, karena pada dasarnya kebahagiaan itu relevan dengan kesejahteraan, konsepnya itu,” ungkapnya.
Sebab-sebab Tidak Bahagia
Tiga tahun lalu, Ketua BPS Banten pernah memberikan keterangan resmi mengenai metode Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) yang dilaksanakan tiap 3 tahun sekali.
Menurut Ketua BPS Banten, ada 3 variabel penting yang diperhitungkan dalam survei ini: kepuasan, perasaan, dan makna hidup, ungkapnya melalui tempo.co.
Tujuan survei ini ialah untuk menunjukkan evaluasi penduduk terhadap kondisi objektif kehidupannya.
Alasan ketidakbahagiaan warga Banten sendiri bisa dipahami. Menurut goodstats.id Banten adalah provinsi yang tingkat penganggurannya paling tinggi se-Indonesia pada 2023.
Sangatlah logis jika orang yang tak memiliki pekerjaan merasa hidupnya kurang bahagia.
Masalah pengangguran yang tinggi tadi ditambah dengan banyaknya kasus PHK di Banten tahun 2023, ungkap goodstats.id yang mengutip data Kemenaker.
Banten memiliki angka PHK tertinggi di Indonesia, yakni 3.703 orang atau sekitar 31,8 persen dari proporsi PHK se-Indonesia.
Tingginya kasus PHK tentunya memiliki dampak psikologis terhadap tingkat kebahagiaan penduduk Banten dalam menjalani kehidupan.
Menurut penelitian, trauma yang dialami mereka yang menjadi korban PHK bisa bertahan hingga 10 tahun lamanya. Seseorang yang alami PHK bisa mengalami kesulitan dalam mempercayai orang lain dalam jangka panjang dan makin sinis dalam menjalani hidup (sumber: sciencedaily).
Kemudian alasan selanjutnya ialah angka keparahan kemiskinan di Banten yang makin memprihatinkan di tahun 2023.
Dilaporkan kompas.com, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan angka kemiskinan di Provinsi Banten sebesar 0,07 persen.
Rinciannya, pada September 2022 tercatat ada 829.660 orang miskin, sementara pada Maret 2023 jumlahnya turun menjadi 826.130 orang miskin.
Meski demikian, capaian indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan justru mengalami kenaikan dibandingkan September 2022.
Kepala BPS Provinsi Banten, Faizal Anwar, mengatakan, “Indeks kedalaman kemiskinan di Banten naik dari 0,790 persen pada September 2022 menjadi 1,204 persen pada Maret 2023. Indeks keparahan kemiskinan juga naik dari 0,157 persen menjadi 0,363 persen pada periode yang sama.”
Pernyataan ini disampaikan saat rilis secara daring melalui kanal YouTube pada Senin, 17 Juli 2023.
Selaras dengan Survei Sekitarmaja.com
Hasil survei BPS yang mengatakan Banten provinsi yang warganya paling tidak bahagia ini juga turut dikonfirmasi oleh hasil mini survei di Instagram oleh sekitarmaja.com yang diikuti 20 orang warga.
Warga yang mengaku bahagia tinggal di Banten cuma 1 orang (5%). Sementara itu, yang merasa biasa saja paling tinggi jumlahnya yakni 9 orang (45%). Lalu ada warga yang merasa bingung untuk mendefinisikan perasaan mereka, sebanyak 4 orang (20%). Dan sisanya 6 orang (30%) menyatakan tak sabar ingin segera pindah tempat tinggal ke luar Banten. (*/)