Danau Ecoclub, Saksi Bisu Demam Penambangan Liar Batu Kalimaya di Tahun 1990-an

Danau di belakang Ecoclub Citra Maja Raya. (Foto: Google Maps)

MAJA, SEKITARMAJA.COM – Batu kalimaya, atau dikenal sebagai batu opal, adalah batu alam yang banyak ditemukan di kawasan sungai di daerah Rangkasbitung, Banten. Nama kalimaya berasal dari kata “Kali Maja” atau sungai Maja.

Di dunia internasional, batu ini dikenal dengan nama opal yang nilainya sebanding dengan batu permata lain seperti zamrud, kecubung, dan safir.

Setara 2000 Ekor Kuda

Menurut laman diedit.com, batu kalimaya telah dikenal sejak berabad-abad lalu. Catatan kuno menyebutkan sekitar tahun 30 SM, Marcus Antonius pernah memberikan cincin kalimaya kepada Ratu Cleopatra dengan nilai sebanding dua ribu ekor kuda terbaik.

Ada tiga versi yang menjelaskan asal nama opal, yaitu dari kata “Opalus” (Romawi), “Opillos” (Yunani), dan “Upala” (Sansekerta).

Manfaat utama batu kalimaya adalah untuk perhiasan seperti cincin, anting, kalung, dan liontin. Kombinasi warna-warninya yang cerah dan berkilauan menjadi daya tarik utama.

Selain itu, banyak yang mempercayai batu ini memiliki khasiat seperti meningkatkan kestabilan psikis, lambang kejujuran, meningkatkan daya tarik, pengatur suasana hati (mood), dan lambang kebijaksanaan.

BACA JUGA: Banten, Bantam, dan Fakta Indonesia Negara Berpenduduk Terpendek Sedunia

Ada beberapa jenis batu kalimaya seperti kalimaya kristal, black opal, kalimaya susu, dan kalimaya kristal teh.

Untuk membedakan batu kalimaya asli dan palsu, ciri-ciri batu asli antara lain halus, licin, tidak mudah kotor, tidak terlalu kinclong, mudah retak, memiliki banyak serat, dan terasa agak dingin.

Dalam merawat batu kalimaya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti merendam dengan air kelapa, air oksigen, atau air hujan, mengolesi minyak, menggosok dengan bahan tertentu, dan perlakuan khusus pada jenis tertentu.

Perawatan ini bertujuan untuk memperbanyak jarong atau kilau pelangi pada batu.

Batu kalimaya merupakan salah satu batu alam termahal di dunia. Harganya bisa mencapai Rp300 ribu hingga puluhan juta, tergantung ukuran, jenis, karat, dan kandungan serat jarong.

Yang paling mahal adalah black opal dengan harga sekitar Rp30 juta rupiah per karat. Struktur internal batu ini membuat lentur cahaya sehingga memancarkan berbagai warna indah.

Tampilan batu kalimaya. (Foto: Google Maps)

Demam Kalimaya

Maja sendiri pernah menjadi pusatnya fenomena Demam Kalimaya di pertengahan tahun 1990-an.

Ano, salah seorang warga Maja, menjadi saksi hidup fenomena tersebut karena ia sendiri ikut dalam perburuan batu kalimaya di ladang-ladang kecamatan Maja.

“Batu kalimaya bisa dipakai pria dan wanita. Jika dipakai, auranya bisa berbeda. Batu ini ada unsur mistisnya,” ujarnya pada sekitarmaja.com Minggu (28/4).

Jika seseorang sudah mengincar dan menyukai sebuah batu kalimaya, tak jarang sang penemu bakal menaikkan harganya sedikit demi sedikit. Semakin lama dibujuk untuk menjual, semakin naik harganya.

Ano sendiri mengaku dirinya pernah menemukan batu kalimaya sekitar tahun 1995.

“Lokasinya (lokasi penambangan -red) dulu di deket Ecoclub situ. Dulunya di situ sawah lalu digali orang banyak untuk mendapatkan batu kalimaya,” kenangnya.

Begitu banyak warga yang ikut menggali tanah di area tersebut sampai “ramainya seperti pasar’, kata Ano.

Ada yang menggali ke dalam tanah dan ada yang berjaga di permukaan tanah untuk mengorek-orek tanah hasil galian rekannya.

Karena batu kalimaya ini terselubung oleh batu cadas keras kerap ia terbuang oleh para penggali tanah dan baru ditemukan oleh mereka yang tanpa sengaja melihatnya.

Di sini setiap orang beradu untung setiap detiknya. “Ada yang sebagian sudah bekerja mencari batu seharian lalu putus asa dan akhirnya tak mendapat hasil. Tapi ada yang baru datang tapi sudah dapat,” ujar Ano.

Karena itulah, ada yang sampai tirakat agar peruntungannya dalam menggali batu kalimaya bisa bagus.

Tak cuma di Maja, di beberapa wilayah lain sekitar Maja juga terjadi demam batu kalimaya. Tak heran Anda bisa menyaksikan bekas-bekas penambangan liar batu kalimaya ini seperti Tebing Koja.

Hingga terjadi insiden-insiden tewasnya penambang akibat tertimbun tanah. Salah satunya dilaporkan laman republika tahun 2015.

Sekarang penambangan liar batu kalimaya telah dilarang oleh pihak berwajib/ kepolisian setempat karena sudah sering memakan korban jiwa. (*/)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *