
SEKITARMAJA.COM, MAJA – Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo mengumumkan daftar 50 kota yang menjadi prioritas pembangunan selama 4 tahun mendatang. Kota Baru Maja ternyata tidak termasuk dalam daftar padahal di era Presiden Jokowi, Maja masuk dalam RPJMN. Kota di Banten yang masuk daftar bergengsi ini hanyalah Cilegon. Demikian dikutip dari laman cnbcindonesia.com.
Tujuan Penyusunan Daftar 50 Kota Prioritas
Menurut Dody pada Jumat lalu (10/10), pemerintah fokus membangun dan menata 50 kota dan kawasan baru yang tersebar di Indonesia dengan tujuan menyeimbangkan pembangunan di Jawa dan pulau-pulau selain Jawa. Penyusunan daftar tersebut adalah salah satu perintah Presiden Prabowo.
BACA JUGA: Di Tengah Efisiensi, Maja Diusulkan Jadi Proyek Strategis Nasional
Hal ini berbeda dari kebijakan presiden sebelumnya yang menetapkan 2 proyek besar di Maja, yakni proyek Be Creative District yang menurut RPJMN akan dibangun di Maja, Rangkasbitung, dan Karawang.
Hal ini ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 17 Januari 2020 dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024.
BACA JUGA: Akankah Ada Jalan Tol yang Tersambung ke Citra Maja City?
3 Alasan Utama Maja Didepak dari Daftar Prioritas
Terdapat beberapa kemungkinan alasan mengapa Maja dianggap pemerintahan Prabowo kurang ‘seksi’. Pemilihan 50 kota prioritas itu memiliki sejumlah faktor pertimbangan.
Yang pertama ialah Maja belum mengalami masalah besar dalam hal kapasitas dan daya dukung lingkungan. Tentu saja, dengan jumlah penduduk yang masih termasuk jarang, Maja belum mengalami masalah pelik yang biasa dihadapi perkotaan padat penduduk yang butuh penataan ruang sesegera mungkin untuk atasi isu macet, banjir, dan permukiman kumuh.
Alasan kedua ialah Maja belum bisa dikatakan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baik di skala regional apalagi nasional. Maja di tahun 2025 masih dihuni oleh para pekerja kelas menengah yang mencari uang di pusat ekonomi seperti Jakarta dan Tangerang Selatan dan menghabiskan uang mereka di luar Maja. Maja masih dianggap hanya sebagai tempat singgah untuk tidur dan santai. Warga Maja lebih menyukai menghabiskan waktu di rumah atau ke mall di Bintaro atau Jakarta saat akhir pekan. Selain itu, harus diakui bahwa ekonomi Maja masih didominasi oleh sektor properti/ permukiman. Di Maja belum berkembang sentra industri, perniagaan, atau pusat jasa yang berskala masif.
BACA JUGA: 7 Mall Pilihan Warga Kota Baru Maja Lebak
Alasan ketiga yaitu Maja masih belum memiliki tingkat urbanisasi yang tinggi. Sebagaimana kita ketahui, belum ada banyak orang yang mau pindah ke Maja. Mayoritas dari mereka ini adalah penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang atau Bekasi yang sudah membeli rumah di Maja tetapi belum menghuni dengan tujuan menggunakan rumah sebagai instrumen investasi masa depan.
Akankah Maja Kembali ‘Koma’?
Dengan perubahan arah kebijakan yang berbeda 180 derajat ini, warga patut untuk skeptis dengan pertumbuhan kawasan Kota Baru Maja ke depan.
Tanpa perhatian dari pemerintah pusat yang sedang ‘mengencangkan ikat pinggang’ di banyak sektor, pemerintah Lebak dan pengembang harus pintar-pintar mencari sumber dana untuk membangun infrastruktur yang sudah dijanjikan seperti Rumah Sakit Daerah Lebak yang dikatakan akan dibangun di dalam kawasan Citra Maja City.
Akankah Maja kembali ditinggalkan dan dilupakan sebagaimana yang terjadi di tahun 1990-an? (*/)
BACA JUGA: Sejarah Kota Mandiri Maja di Provinsi Banten