
MAJA, SEKITARMAJA.COM – Akhir tahun 2024 ini Kompas merilis sebuah daftar yang berisi 10 kawasan metropolitan/ aglomerasi ideal untuk mereka yang ingin menjalani gaya hidup slow living dan pensiun.
Kesepuluh kawasan tersebut ialah Kedu Raya, Tasikmalaya Raya, Banyumas Raya, Malang Raya, Kedungsepur Raya, Tapal Kuda (Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo), Bukapalipatar (Bukittinggi Raya), Solo Raya, Bandung Raya, dan Kediri Raya. Kemudian 5 kota yang dianggap warganet paling ideal versi Kompas ialah Solo, Malang, Yogya, Purwokerto, dan Salatiga.
Adapun alasan pemilihan kota-kota tersebut sebagai daerah ideal untuk pensiun dan slow living ialah karena biaya hidup relatif lebih rendah, akses strategis ke ibu kota provinsi, layanan publik lengkap, internet lancar, udara sejuk, budaya lokal kaya, dan alasan pribadi (pernah tinggal di sana atau lahir di kota tersebut).
BACA JUGA: RSUD Lebak di Maja dan Sports Club 2 Akan Dibangun di Citra Maja City 3
Pertanyaannya adalah: “Mengapa Maja tidak termasuk ke dalam daftar kawasan yang ideal untuk slow living dan pensiun?”
Padahal jika kita mau telaah bersama, biaya hidup di Maja ini terbilang murah. Dibandingkan Jakarta, harga bahan-bahan makanan di sini lebih terjangkau.
Soal akses ke ibu kota negara (bukan cuma ibu kota provinsi), Maja juga terbilang dekat. Naik kommuterline, biayanya sangat murah dan efisien. Lewat tol meski bukan akses andalan, Anda juga bisa ditempuh dalam 2 jam.
Lalu soal konektivitas internet, Maja sudah memiliki jaringan internet Indihome dan Powertel. Jadi sudah relatif baik. Tak begitu terbelakang.
Bagaimana dengan udara? Di musim hujan, udara Maja sangatlah sejuk meski tak sesejuk Puncak karena ketinggiannya juga tak seberapa. Di musim kemarau, tentu saja udara panas apalagi pepohonan dalam perumahan masih belum cukup rindang. Ini juga berlaku untuk hampir semua kota di Jawa bahkan yang dulunya termasuk sejuk sekalipun dikarenakan laju pembangunan.
Kemudian budaya daerah Maja juga terbilang kaya sebagaimana daerah lain meski harus diakui tujuan wisata di daerah ini belum sebanyak daerah-daerah yang disebut tadi. Namun, itu bukan berarti tidak ada kekayaan budaya sama sekali.
BACA JUGA: Maret 2025, Citra Maja City Punya Pasar Sendiri
Menurut pengamatan redaksi sekitarmaja.com, setidaknya ada 2 alasan utama mengapa Maja tak masuk daftar ini.
Alasan pertama ialah layanan publiknya masih dianggap kurang lengkap oleh masyarakat luas. Faktanya ibu kota kabupaten berlokasi di Rangkasbitung, sekitar 30 menit dari Maja sehingga otomatis jika warga ingin mengakses layanan publik mereka mesti ke Rangkasbitung.
Alasan kedua ialah faktor personal yang dimiliki kebanyakan kaum pekerja Jakarta. Jarang sekali kaum pekerja ibu kota yang berasal dari Lebak, khususnya Maja. Kebanyakan responden Kompas ini bisa jadi kaum pekerja ibu kota dengan asal daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Hal ini ditegaskan pula dengan masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di Lebak (bahkan terendah di Banten) yang menandakan tingkat pendidikan yang kurang sehingga kecil kemungkinan bisa terserap menjadi kaum pekerja di Jakarta dan sekitarnya. (*/)