Yang Harus Disiapkan Warga Banten untuk Hadapi Dampak Megathrust Selat Sunda

(Foto: BMKG)

MAJA, SEKITARMAJA.COM – Provinsi Banten saat ini dihadapkan pada potensi ancaman tsunami yang dapat dipicu oleh gempa megathrust di Selat Sunda. Para ahli geologi dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan bahwa wilayah Banten, terutama daerah pesisir, berisiko tinggi terkena dampak gempa bumi berkekuatan besar yang berpotensi memicu tsunami.

Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, melalui laman radarbanten.co.id menyoroti kekhawatiran ilmuwan Indonesia mengenai seismic gap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. Kedua zona lempeng aktif ini tidak menunjukkan aktivitas gempa besar dalam 30 tahun terakhir. Diperkirakan Megathrust Selat Sunda dapat memicu gempa dahsyat dengan kekuatan M 8,7, sementara Megathrust Mentawai-Siberut berpotensi memicu gempa M 8,9.

Jeda Gempa yang Lama

“Kami ingin mengingatkan kembali keberadaan Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai potensi yang dianggap oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Seismic gap ini perlu diwaspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang mungkin terjadi sewaktu-waktu,” ungkap Daryono dalam unggahan di akun media sosial pribadinya pada Kamis, 15 Agustus 2024.

Nana Suryana, Kepala Pelaksana BPBD Banten, mengakui bahwa wilayah Banten saat ini dibayangi oleh potensi gempa bumi megathrust yang dapat menyebabkan tsunami besar di beberapa wilayah. “Di Banten memang ada potensi tsunami megathrust karena kita merupakan bagian dari Ring of Fire. Kita perlu tetap waspada, namun tidak panik,” ujarnya.

Lebak Masuk Wilayah Rawan Dampak Megathrust

Banten berdekatan dengan tiga zona sesar aktif: Sesar Sunda, Sesar Cimandiri, dan Terusan Sesar Baribis. Hal ini menyebabkan Banten sering mengalami gempa bumi. Epicentrum gempa bumi di wilayah Banten berada di Kabupaten Lebak dan Pandeglang, yang menjadi daerah paling rawan terkena dampak jika terjadi gempa megathrust.

“Jika terjadi, dampaknya bisa dirasakan di wilayah lain seperti Jawa Barat dan Jakarta. Bukan hanya di titik gempa itu, tetapi juga di wilayah lain. Tsunami tentu bisa berdampak di sekitar pantai dengan radius tertentu,” tambah Nana.

Dalam menghadapi potensi ini, BPBD Banten terus meningkatkan upaya mitigasi bencana kepada masyarakat, khususnya di daerah rawan. Mereka melakukan sosialisasi hingga gladi tsunami dan menyusun protokol tetap kebencanaan jika terjadi tsunami.

“Kita tidak bisa menolak kejadian alam dan tidak tahu kapan akan terjadi. Oleh karena itu, salah satu cara yang harus kita lakukan adalah melakukan mitigasi. Ini penting untuk mengurangi risiko korban jiwa atau kerusakan terstruktur,” pungkas Nana.

7 Langkah Persiapan

Sebelum gempa bumi terjadi, ada beberapa langkah penting yang bisa Anda lakukan untuk mempersiapkan diri dan keluarga.

Langkah pertama yakni susun rencana evakuasi. Pastikan Anda dan keluarga tahu jalur evakuasi dan titik kumpul yang aman.

Yang kedua ialah kenali lingkungan. Ketahui tempat paling aman di rumah atau tempat kerja untuk berlindung saat gempa.

Langkah ketiga yakni memperkuat struktur bangunan. Evaluasi dan renovasi struktur bangunan agar lebih tahan gempa.

Langkah keempat ialah mempersiapkan tas siaga bencana. Isi dengan makanan cadangan, air, kotak P3K, senter, baterai ekstra, dan dokumen penting (misal akta tanah, ijazah sekolah, paspor, dan sebagainya).

Langkah kelima yaitu mengamankan perabotan. Pastikan perabotan berat dipasang dengan aman agar tidak mudah jatuh.

Langkah keenam ialah mempelajari cara mematikan gas, listrik, dan air. Hal ini penting untuk mencegah kebakaran atau kebocoran setelah gempa.

Langkah terakhir ialah siapkan asuransi dan dana darurat untuk rumah Anda. Jika gempa megathrust terjadi dan terjadi kerusakan, memiliki asuransi yang meng-cover kerusakan rumah akan bisa membantu. (*/)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *