One Peach Media Ingin Suguhkan Buku-buku Terbaik untuk Warga Maja

One Peach Media di Ruko GreenVista, CMR. (Foto: Google Maps)

MAJA, SEKITARMAJA.COM – Bila Anda pernah melintas di depan Ruko Greenvista Citra Maja City 1,  mungkin Anda pernah melihat ada beberapa ruko yang menjual buku di deretan ruko tersebut. Salah satu dari ruko tersebut, tepatnya Ruko GreenVista No.D15/187, diisi oleh sebuah bisnis penerbitan yang bernama  One Peach Media.

Sekitarmaja.com (SM) berkesempatan melakukan wawancara secara virtual Selasa kemarin (30/7) dengan sosok yang ada di balik One Peach Media, Thomas. Berikut adalah wawancara lengkapnya untuk Anda.

SM: “Mohon diceritakan secara singkat bagaimana Anda bisa pindah dan tinggal di Citra Maja?”

T: “Sebelumnya saya mengontrak di Citra 1 Kalideres. Saya merasa keberatan untuk membayar dua rumah sekaligus—cicilan KPR Citra Maja dan biaya kontrak rumah. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk pindah. Ketika di Jakarta, ruangan untuk usaha juga masih menyatu dengan rumah tinggal. Ini rasanya tidak nyaman. Mengetahui bahwa mengontrak bangunan komersil di Citra Maja juga masih affordable memperbesar niat saya untuk pindah.”

SM: “Bagaimana pengalaman Anda tinggal di Maja sejauh ini?”

T: “Di satu sisi, kalau dari segi tempat tinggal, semuanya sudah cukup lengkap. Rumah nyaman, lingkungan aman dengan satpam yang berjaga 24 jam. Fasilitas sudah cukup lengkap juga, termasuk biskop dan klinik. Namun, karena saya masih terbilang muda, masih ingin banyak hiburan. Nah, Maja ini masih cukup jauh ke mana-mana, belum lagi pintu tol terdekat itu di Balaraja, yang butuh waktu 45 menit sendiri ke pintu tol. Satu-satunya alat transportasi ke Jakarta hanya kereta. Lalu, di Maja menurut saya sulit untuk makan enak. Pilihan makanan belum banyak, belum ada Shopee Food juga. Bahan makanan segar serta buah-buahan juga masih susah dicari. Buah-buah yang saya temukan di pasar kebanyakan layu—entah mengapa. Sayuran juga begitu, variasinya tidak banyak. Mencari ikan segar juga susah, mungkin harus pagi sekali.”

Thomas di toko buku dan bisnis penerbitannya, One Peach Media. (Foto: Dok. Pribadi Thomas)

SM: “Mengapa Anda memilih Citra Maja sebagai lokasi rumah?”

T: “Kata orang, cari rumah itu seperti cari jodoh. Jadi, mungkin sudah jodohnya saja. Saya sudah berusaha untuk apply KPR di beberapa perumahan ke arah Bekasi sampai Jonggol, tidak pernah tembus, selalu ada saja kendalanya. Lalu, di Citra Maja sepertinya prosesnya smooth saja. Namun, keyakinan utama saya untuk memilih Citra Maja adalah karena pengembangnya yang sudah well known, tentunya berpengalaman dan bertanggung jawab. Juga ada akses kereta.”

SM: “Mohon diceritakan mengenai profesi Anda secara ringkas. Mengapa memilih profesi di industri penerbitan? Dan bagaimana industri penerbitan saat ini menurut Anda?

T: “Saya bekerja di industri penerbitan indie (sebutan lain: penerbitan mandiri atau indie publisher atau vanity publisher). Kami menyediakan jasa penerbitan untuk siapa pun yang ingin menerbitkan buku, dengan prosedur yang relatif sederhana. Tidak seperti mengajukan naskah ke penerbit besar seperti Gramedia yang membutuhkan syarat banyak dan proses yang lumayan lama, jasa yang kami sediakan memungkinkan penulis mengajukan naskah dengan syarat sederhana dan proses terbit yang cepat. Penulis hanya perlu menyediakan naskah (yang baik, tentu saja), lalu mengirimkan ke kami. Nanti kami yang akan membantu menyunting, menata letak, dan mengurus ISBN serta memasarkannya. Intinya, kami akan membantu agar naskah tersebut layak terbit. Setelah pengurusan ISBN selesai, kami juga akan mencetak bukunya sesuai standar toko buku. Karena konsepnya penerbitan mandiri, buku yang dicetak juga terbatas, jadi print on demand. Karena jumlahnya terbatas, buku hanya akan dijual melalui marketplace daring, Shopee dan Tokopedia.

Saya terjun ke dunia penerbitan karena suka menulis dan membaca. Lalu, saya juga pernah menggunakan jasa penerbitan indie dan tidak puas dengan pelayanan dan hasilnya. Pengalaman tidak mengenakkan tersebut memotivasi saya untuk mendirikan rumah penerbitan dengan pelayanan prima. Saya ingin memberi fasilitas yang saya harap bisa dapatkan dari penerbit yang saya pakai sebelumnya.

Menurut saya industri penerbitan saat ini masih cukup baik. Meskipun dibayangi ketakutan oleh media daring yang makin merajalela, hingga saat ini kita masih bisa survive dan masa depannya menurut saya masih panjang. Sensasi membaca buku fisik—terutama bagi pecinta buku—masih jauh lebih menyenangkan daripada membaca e-book. Itu yang perlu kita manfaatkan. Lalu, saat ini, membaca buku menjadi semacam gaya hidup. (Apakah keterlaluan jika saya samakan dengan seperti memiliki iPhone?) Maksud saya, orang-orang yang membaca buku—misalnya di kereta—itu terkesan lebih stylish, lebih menarik. Jadi, menenteng buku ke mana-mana menurut saya nantinya akan menjadi sebuah standar gaya. Mungkin pelakunya akan makin berkurang—karena hanya dilakukan oleh kalangan tertentu, tetapi harga buku akan makin meningkat. Memang, kita berharap bahwa buku akan lebih affordable dan tersedia untuk semua kalangan. Namun, jika pasar menuntut hal berbeda, industri penerbitan juga harus menyesuaikan diri agar bisa survive. Jadi, saya pribadi masih optimis dengan dunia perbukuan. Ya, pada akhirnya orang-orang yang bisa bertahan adalah mereka yang bisa menyesuaikan diri. Dan, menyesuaikan diri adalah kemampuan terbaik manusia. Industri perbukuan dan penerbitan juga saya rasa begitu, kita akan menemukan cara untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.”

SM: “Bagaimana bisa terdorong untuk mendirikan penerbitan dan toko buku di Citra Maja?”

T: “Sekali lagi, pilihan lokasi ini adalah karena rumah saya ada di sini. Itu adalah jawaban terjujur. Jadi, sejak awal tidak ada rencana bahwa saya akan membuka bisnis penerbitan dan toko buku di sini.”

SM: “Menurut Anda, bagaimana pasar buku di Maja ini secara umum?”

T: “Sejujurnya saya tidak tahu. Sampai saat ini, para pembeli kami adalah dari luar Maja, semua buku yang terjual itu dari marketplace. Saya juga tidak bisa memberi jawaban ini karena bisnis di Maja itu menurut saya belum bertumbuh. Mengapa? Karena sebagian besar penghuni Maja adalah pekerja di Jakarta. Mereka bisa dibilang hanya “menumpang tidur” di Maja. Pagi hari saat kami membuka toko, orang-orang pergi ke Jakarta untuk bekerja. Maja kosong. Malam hari, saat pekerja-pekerja ini sudah kembali dari Jakarta, toko kami—dan mungkin toko lainnya—juga sudah tutup. Para pekerja ini juga sudah terlalu lelah untuk keluar berbelanja di Maja, mereka lebih memilih istirahat. Urusan belanja sudah dilakukan di Jakarta. Nah, lagi-lagi, bisnis yang bergerak itu di Jakarta. Lalu, bagaimana dengan weekend? Setelah seminggu bekerja, orang-orang juga lebih memilih tinggal di rumah, tidak keluar untuk belanja—dan menghidupkan bisnis di Maja. Kalau mereka ingin keluar pun, perginya juga ke Jakarta. Kesimpulannya, bisnis di Maja menurut saya memang belum berjalan. Belum ada titik temu antara pembeli dan penjual. Itu bisnis secara umum, loh. Untuk bisnis hobi yang spesifik seperti kami, toko buku, tentu masih jauh dari status ‘bergerak’.”

SM: “Apa harapan Anda untuk Maja terutama dikaitkan dengan buku dan minat baca?”

T: “ Saya yakin, ada banyak orang di Maja yang suka membaca. Sekali lagi, titik temu kita saja yang belum ada. Harapan saya, pertama dulu, perumahan ini makin ramai, areanya makin berkembang, fasilitas-fasilitas yang tersedia makin banyak, sehingga penduduk bisa lebih memilih stay di sini untuk berbagai kebutuhan, alih-alih ke Jakarta. Dengan begitu, pemilik bisnis juga bisa berbenah untuk memperbaiki layanan. Saya juga begitu, akan sangat dengan senang hati menyediakan buku-buku terbaik untuk pembaca-pembaca di Maja. Membaca itu penting, membuka wawasan kita untuk banyak hal, dan membuat kita terlihat keren. Orang kadang menganggap bahwa membaca buku sama saja dengan membaca “sesuatu” di internet. No, it’s totally different. Saat membaca di internet, pembaca hanya mendapat potongan-potongan informasi. Saat membaca buku, Anda mendapat sesuatu yang lengkap, runut, dan terstruktur—baik itu fiksi atau nonfiksi. Orang tua juga perlu mendorong anak-anaknya untuk membaca buku, karena sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa anak-anak yang membaca memiliki lebih banyak peluang untuk sukses di masa depan, karena membaca itu membantu perkembangan otak mereka. Semoga makin banyak warga Maja yang membaca buku, beli bukunya di toko One Peach Media.” (*/)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *