MAJA, SEKITARMAJA.COM – Beberapa waktu lalu viral sebuah berita di media sosial mengenai pasien cabut gigi geraham bungsu yang meninggal dunia sehabis operasi.
Setelah dicabut gigi bungsunya pada 28 Desember 2023 lalu, Nira (31) sehari kemudian mengalami pembengkakan pada mulut sampai leher.
Ternyata setelah dirawat di rumah sakit yang lebih besar, ditemukan adanya infeksi yang sudah masuk ke area tenggorokan dan saluran pernapasan. Akibatnya Nira sulit bernapas dan meninggal pada 27 April 2024 lalu, demikian dilaporkan Kompas.com.
Peristiwa itu berujung pada risiko dituntutnya seorang dokter gigi yang melakukan operasi pada pasien tadi.
Usut punya usut, seorang dokter gigi belum tentu bisa terampil melaksanakan operasi pembedahan dan pencabutan (ekstraksi) gigi geraham bungsu karena keduanya memerlukan keterampilan yang berbeda.
Bagi Anda yang sedang mengalami masalah sakit gigi geraham bungsu hingga mengganggu produktivitas, Anda harus baca artikel ini sampai habis.
Syarat Gigi Boleh Dicabut dan Risiko Pencabutan
Kapan gigi bungsu boleh atau harus dicabut?
Gigi bungsu yang tidak menimbulkan keluhan seringkali dicabut untuk menghindari masalah di masa depan.
Namun, dalam proses pencabutan, komplikasi seperti infeksi luka dan kerusakan saraf dapat terjadi.
Komplikasi ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup.
Apakah sebaiknya Anda mencabut gigi bungsu atau membiarkannya saja?
Ternyata jawabannya tidak sesimpel itu karena setiap pasien harus mempertimbangkan secara individual. Tiap kasus gigi geraham bungsu adalah unik dan berbeda.
Dikutip dari laman sciencedaily.com, dokter bedah gigi dari Radboud University Nijmegen Medical Centre, Hossein Ghaeminia, mengatakan bahwa di satu sisi, intervensi bedah disertai dengan risiko komplikasi, seperti infeksi luka dan kerusakan pada saraf sensorik bibir dan dagu.
Di sisi lain, membiarkan gigi bungsu yang tidak bermasalah tetap di tempatnya mungkin pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada gigi-gigi tetangganya.
Jangan Abai Faktor Risiko
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi setelah mencabut gigi bungsu adalah infeksi.
Ghaeminia memeriksa faktor-faktor yang menyebabkan risiko infeksi: “Orang yang berusia 26 tahun atau lebih tua dan wanita memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi, tetapi merokok juga tampaknya menjadi faktor risiko.”
Ia juga meneliti apakah infeksi dapat dicegah dengan berkumur pada lubang yang tadinya berisi gigi dengan air ledeng.
Ternyata, hal tersebut benar. Dibandingkan dengan pilihan lain, seperti antibiotik, berkumur dengan air ledeng adalah cara yang relatif murah dan sederhana untuk mencegah infeksi setelah pencabutan gigi. Pasien juga dapat melakukannya di rumah, ungkap dokter bedah gigi tersebut.
Pentingnya Edukasi Pra Pencabutan Gigi
Dari penjelasan di atas, dipahami bahwa baik dokter dan pasien seharusnya makin meningkatkan kecermatan dalam proses pengambilan keputusan apakah gigi bungsu yang tidak bermasalah harus dicabut.
Dokter gigi juga diharap lebih proaktif memberi informasi kepada pasien tentang risiko individu yang bisa jadi dia miliki tapi kurang disadari.
Ghaeminia mengatakan: “Para pasien dengan risiko tinggi kerusakan saraf harus ditangani secara khusus untuk membantu mencegah kerusakan saraf.”
Intinya pencabutan gigi geraham bungsu tidaklah sederhana. Anda sebagai pasien harus menimbang masak-masak sejumlah faktor, misalnya apakah memang lebih baik untuk mencabut atau membiarkan saja gigi bungsu itu (apalagi jika tidak ada masalah lubang atau sakit), faktor risiko komplikasi yang bisa berakibat fatal, dan metode untuk mencegah infeksi yang harus benar-benar dipatuhi baik pasien dan dokter bedah gigi.
Di Maja sendiri telah ada beberapa klinik gigi yang bisa Anda kunjungi untuk berkonsultasi jika sakit gigi, misalnya Eva Dental Clinic di Ruko Legian Citra Maja Raya, atau Klinik Dokter Gigi Mulia Asih di Kampung Gubugan, seberang kantor Polsek Maja. (*/)