
MAJA, SEKITARMAJA.COM – Pada akhir Oktober 2023 lalu, PT Ciputra Group menargetkan Kota Publik Baru Maja di Citra Maja Raya, Kabupaten Lebak, Banten, dapat menampung 2,1 juta jiwa dengan luas lahan 15.511 hektare.
Per 2023, kawasan tersebut telah berkembang pesat dengan pembangunan hunian terpadu seluas 800 hektare, termasuk 20.000 unit rumah di tahap pertama dan kedua, serta 3.500 unit di tahap ketiga.
Direktur Proyek Citra Maja Raya, Mary Octo Sihombing, saat itu (Oktober 2023) menyatakan bahwa selain kedekatan dengan jalur kereta, rencana pembangunan tol Pamulang-Balaraja-Maja-Rangkasbitung akan semakin meningkatkan konektivitas. Tidak disinggung kapan rencana pembangunan jalan tol ini terealisasi.
BACA JUGA: Akankah Ada Jalan Tol yang Tersambung ke Citra Maja City?
Ambisi Jangka Panjang
Ciputra Residence, anak perusahaan Ciputra Group, fokus pada pengembangan kota berbasis Transit Oriented Development (TOD), agribisnis, dan kawasan satelit pendukung Jakarta. Fasilitas pendukung meliputi masjid, gereja, hiburan, olahraga, pusat ekonomi, bioskop CGV, water park, klinik, sekolah, dan ATM Center.
Proyek Kota Baru Publik Maja ini merupakan kelanjutan dari pengembangan Citra Garden City (1994) dan Citra Raya Tangerang. Pada 2017, pembangunan di Citra Maja Raya diresmikan oleh Menteri PUPR Basuki dan Menhub Budi Karya Sumadi.
Jika kita menilik definisi sebuah kota menurut jumlah penduduknya, untuk disebut sebagai sebuah kota metropolitan, sebuah kota harus memiliki pendudukan minimal 1 juta jiwa.
Dengan mencanangkan target 2,1 juta jiwa tersebut, pengembang menunjukkan ambisi mereka untuk membangun Kota Baru Publik Maja ini sebagai sebuah kota metropolitan baru di barat Jakarta.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah Kota Baru Publik Maja ini bisa menarik orang sebanyak itu untuk tinggal di sini? Kapan target 2,1 juta jiwa itu kira-kira akan tercapai?

Masih Banyak ‘PR’
Menurut para pakar, setidaknya ada 7 syarat utama agar sebuah kawasan bisa disebut sebagai sebuah kota metropolitan dengan penduduk lebih dari 1 juta jiwa: pertumbuhan penduduk yang tinggi dan urbanisasi, ekonomi kuat dan beragam, infrastruktur transportasi yang memadai, tata kelola dan perencanaan kota yang baik, adanya fasilitas publik dan layanan dasar yang lengkap, integrasi dengan kawasan sekitarnya, dan daya tarik investasi serta globalisasi.
Hingga saat ini, pertumbuhan penduduk Maja sendiri masih relatif lambat, demikian ungkap idntimes. Dikatakan bahwa cuma ada 976 penduduk baru di Maja pada periode April 2022 hingga Juni 2023. Meski sempat bertambah saat pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu, jumlah penduduk tak naik drastis malah cenderung stagnan akibat diberlakukannya kembali kebijakan WFO alias kerja di kantor. Akhirnya warga yang sudah nyaman di Maja kembali harus mendekat ke arah Jakarta. Ada yang kembali ke rumah sebelumnya atau menyewa kos. Akhirnya rumah yang mereka sudah beli atau cicil di Maja, kembalo kosong dan menganggur.
Ekonomi Maja juga masih belum sekuat dan semajemuk kota-kota besar di Jawa lainnya. Sektor ekonomi unggulannya belum ada. Entah itu industri, perdagangan, jasa atau teknologi masih belum jelas karena masih dalam tahap awal. Namun, di satu sisi sektor pertanian dan perternakan juga makin menurun akibat dibangunnya sejumlah perumahan di area ini.
Untuk aspek infrastruktur transportasi, Kota Baru Publik Maja sudah relatif memenuhi syarat karena sudah menerapkan konsep TOD sebagaimana disarankan pakar perencanaan kota dan transportasi di Universitas California AS Robert Cervero dan ahli ekonomi perkotaan dan perencanaan kota yang juga mantan urban planner World Bank Alain Bertaud.
Terkait perencanaan kota dan tata kelola juga relatif sudah baik dan terencana sejak awal. Hal ini sangat penting agar sebuah kota metropolitan bisa berkembang tanpa adanya kawasan kumuh alias slum area yang menjadi simbol ketimpangan ekonomi sebagaimana yang kita jumpai di Jakarta dan sekitarnya.
Fasilitas publik dan layanan dasar di Maja juga terus ditingkatkan ketersediaan dan kelengkapannya. Saat ini sudah tersedia sejumlah klinik dan puskesmas di Maja. Dan rencananya juga akan dibangun RSUD Lebak di dalam kawasan Citra Maja City yang pastinya menjamin ketersediaan akses kesehatan.
Untuk integrasi dalam hal ekonomi dan transportasi, Maja masih harus berjuang menyempurnakan aksesnya agar tidak cuma memgandalkan kommuter. Harus diakui bahwa rencana pembangunan jalan tol yang melewati Maja masih relatif lama sehingga orang masih banyak yang bersikap wait and see.
Semua faktor di atas kemudian menentukan daya tarik investasi dan globalisasi Maja ke depan. Untuk sementara, daya tarik investasi Maja harus diakui masih relatif rendah. Diperlukan kerjasama yang solid dari berbagai pihak dan masyarakat untuk membantu tercapainya Kota Baru Publik Maja yang lebih ‘hidup’ sehingga bisa menarik lebih banyak orang untuk bermukim dan berinvestasi di sini. (*/)
