‘CHEMISTRY’ NICHOLAS SAPUTRA DAN PUTRI MARINO HIDUPKAN FILM ROMANSA ‘THE ARCHITECTURE OF LOVE’

Nicholas Saputra dan Putri Marino
Nicholas Saputra kembali hadir dengan film terbarunya di 2024. (Foto: IMDB.com)

MAJA, SEKITARMAJA.COM – Film The Architecture of Love berhasil membawa kesegaran di antara adaptasi novel Ika Natassa yang sebelumnya kurang memuaskan. Disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja, film ini menghadirkan chemistry menggemaskan antara Putri Marino dan Nicholas Saputra.

Adaptasi novel-novel Ika Natassa ke layar lebar sebelumnya cenderung kurang memuaskan. Film Critical Eleven (2017) terlalu melodramatis, sementara Antologi Rasa (2019) dan Twivortiare (2019) gagal memberi kesan mendalam. Namun, Teddy Soeriaatmadja berhasil mengubah arah dengan The Architecture of Love.

Tidak ‘Lebay’

Alih-alih memfokuskan pada sisi dramatisnya, Soeriaatmadja memilih pendekatan ringan. Keputusan ini terbukti mengagumkan. Dengan mengesampingkan drama berlebihan, film ini menjadi penyelidikan sederhana namun menyentuh tentang waktu dan pengampunan. Karakter Raia dan River digambarkan sebagai manusia biasa yang melakukan yang terbaik dalam hidup.

Sentuhan emas lain dari Soeriaatmadja adalah menghindari menjadikan New York City sebagai karakter utama seperti dalam novelnya. Keputusan ini membuat fokus tidak teralihkan dari kisah cintanya. Lebih penting bagi penonton untuk terpikat oleh romansa Raia dan River, bukan pemandangan kota.

Dewasa Tanpa Adegan Vulgar

Kunci kegemasan film ini adalah chemistry alami Putri Marino dan Nicholas Saputra. Karakter Raia yang menyembuhkan patah hati seharusnya menjengkelkan, namun Marino membuatnya terasa dekat dan realistis. Senyumnya bukan semata kebahagiaan, tetapi bisa lebih menyayat hati daripada air mata.

Di sisi lain, Saputra tampil santai sebagai River yang bermasalah namun mendukung Raia. Kehadirannya tanpa mencolok juga merupakan pujian tersendiri bagi Jerome Kurnia yang turut membintangi film ini.

Lagu pendukung seperti “Here We Go Again” dari Ardhito Pramono memang sedikit klise. Namun, pilihan lagu dari penyanyi remaja seperti Pepita dan Raissa justru memperkuat pesan film bahwa romansa dewasa bisa lebih memikat daripada percintaan remaja.

Satu-satunya kekurangan kemungkinan terletak pada gaya ringannya yang bisa disalahartikan sebagai hal yang dangkal. Namun, Soeriaatmadja berhasil membuktikan bahwa romansa dewasa tak harus penuh drama atau adegan vulgar untuk menggugah perasaan penonton.

Selanjutnya, novel Ika Natassa Heartbreak Motel akan digarap Angga Dwimas Sasongko dengan pemeran Laura Basuki, Chicco Jerikho, dan Reza Rahadian. Semoga mereka bisa mengikuti jejak Soeriaatmadja dengan memprioritaskan kegemasan dan chemistry alami daripada tendensi melodramatis yang berlebihan.

The Architecture of Love membuktikan keunggulan Teddy Soeriaatmadja dalam menghadirkan kegemasan romansa dewasa melalui sentuhan sederhana namun menyentuh.

Dengan bintang berkharisma seperti Marino dan Saputra, film ini mampu melampaui ekspektasi seputar adaptasi novel Ika Natassa yang sebelumnya kurang memuaskan.

Bagi wargi Maja yang ingin menonton akting Nicholas Saputra dan Putri Marino yang berkualitas, kunjungi CGV Ecplaza di Citra Maja Raya. Untuk informasi lengkap jam pemutaran dan harga tiket, klik tautan berikut ini. (*/)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *