MAJA, SEKITARMAJA.COM – Warga Maja dan sekitarnya tampaknya resah dengan berita yang baru saja beredar mengenai rencana pembukaan Bantargebang-nya Banten di area sekitar mereka.
Dilansir dari laman kompas.com, pemerintah Provinsi Banten baru-baru ini mengumumkan kepada publik tentang rencana pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Regional di Desa Sindangmulya, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak.
Jika Anda sebagai warga Citra maja Raya atau sekitarnya belum tahu lokasi desa tersebut, lokasinya di barat daya Citra Maja Raya. Jarak tempuhnya sekitar 30 menit dari stasiun Maja. Anda bisa lihat di Google Maps di bawah ini.
Lokasi TPSA ini akan berada dalam kawasan TPSA Dengung yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Lebak.
Baru Pembebasan Lahan
Saat ini, tahap persiapan telah dimulai dengan proses pembebasan lahan untuk perluasan TPSA Dengung setelah selesainya studi kelayakan.
Menurut Arlan Marzan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Banten yang diwawancarai kompas.com, “TPSA Regional akan dibangun di Maja, Lebak. Studi kelayakan (feasibility study) dan dokumen perencanaan pengadaan tanah (DPPT) sudah selesai tahun ini.”
Dia menambahkan, “Tahun depan, kebutuhan perluasan TPSA Dengung mencapai total sekitar 37 hektar.”
Arlan menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi Banten telah menganggarkan sekitar Rp 20 miliar untuk pembebasan lahan, dengan target penyelesaian pada tahun 2024.
Meski demikian, dia mengakui bahwa kebutuhan anggaran dapat bertambah seiring berjalannya proses penilaian bersama Kantor Jasa Penilai Publik (KJJP).
“Pelaksanaan awal akan kita siapkan sekitar Rp 5 miliar, agar kegiatan penetapan lokasi dan pengukuran dapat berjalan dengan lancar,” ujar Arlan.
Dalam upaya menuju pembangunan fisik yang dijadwalkan pada tahun 2025, Arlan berharap adanya dukungan dari pemerintah pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pengadaan mesin pengolahan dan fasilitas penunjang lainnya.
Alasan Pemilihan Sindangmulya
Keputusan memilih Kecamatan Maja sebagai lokasi TPSA Regional diambil setelah opsi lain di lahan Perhutani di Kecamatan Cileles, Lebak, tidak memenuhi syarat ekonomi dan sosial.
Akses sulit dijangkau dan terdapat penolakan dari masyarakat menjadi faktor utama.
Arlan menyimpulkan, “Belum ada akses jalan juga menuju lokasi kalau yang di Cileles, jadi kita pilih di Maja sebagai TPSA Regional. Mudah-mudahan, pada tahun 2025, fasilitas ini dapat mulai beroperasi.”
Potensi Masalah Lingkungan
Lalu mengapa warga Citra Maja Raya dan sekitarnya perlu mencermati perkembangan rencana ini dan pelaksanaannya?
Sebagaimana kita ketahui, penanganan sampah di negara ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Membuang dan menumpuk serta membakar adalah solusi sementara yang masih kita andalkan untuk menangani sampah yang tiap detik dihasilkan.
Sebetulnya sampah bisa menjadi indikator yang menggembirakan soal bergairahnya perekonomian sebuah negara. Karena jika ada sampah, konsumsi berarti berjalan sebagaimana mestinya.
Sayangnya, jika sampah yang dihasilkan kecepatannya melebihi dari yang kita bisa tangani dan metode penanganan sampah kita juga tidak lebih baik dari tahun ke tahun.
Masih dikutip dari kompas.com, selama tahun 2023 saja sudah ada 5 kasus kebakaran tempat pembuangan akhir di Indonesia selama musim kemarau yang baru saja berlalu.
Kelimanya ada di pulau Jawa yang memang level masalah lingkungannya sudah parah, yakni kota Semarang, Solo, Cirebon, Bandung, dan Tangerang.
Mari kita tidak melupakan fakta bahwa Tangerang yang masih menjadi tetangga kita di Provinsi Banten di musim kemarau lalu juga menyandang gelar salah satu tempat dengan level polusi udara paling gila di muka bumi. Bayangkan kondisi itu ditambah dengan terbakarnya gunungan sampah di TPA Rawa Kucing, Tangerang.
Jadi, di masa depan jika Sindangmulya benar jadi Bantargebang-nya Banten, kita lama-lama akan juga menuai masalah lingkungan yang sama dengan daerah lain. Tak hanya polusi udara jika sampahnya terbakar hebat tetapi juga meresap ke tanah dan mencemari air tanah yang kita semua konsumsi.
Dan masalah ini bakal makin rumit dengan makin padatnya juga wilayah Maja dengan penduduk baru karena sebagaimana kita ketahui dan harapkan, wilayah Maja ini bakal diluberi lebih banyak manusia.
Bagaimana warga Maja harus bersikap agar bencana ekologis ini tidak terjadi? (*/)