Wargi Maja Wajib Tahu! Inilah Sejarah Perkembangan Stasiun Maja

MAJA, SEKITARMAJA.COM – Stasiun Maja memiliki sejarah yang panjang jika kita runut ke belakang. Sebagai bagian dari jalur Rangkasbitung, stasiun ini sudah ada sejak 2009 sebagaimana Anda bisa lihat dari video dokumentasi yang dibuat oleh akun Instagram @wah_nostalgia.

Stasiun dengan kode MJ ini stasiun kereta api kelas dua yang berlokasi di kecamatan Maja, kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Stasiun ini populer di tengah masyarakat Maja karena kereta adalah sarana transportasi umum yang paling banyak digunakan orang Maja ke Jakarta.

Anda yang ingin ke perumahan Citra maja Raya tak perlu pusing naik mobil pribadi karena sudah ada kereta Commuter Line yang melayani jurusan Tanah Abang- Rangkasbitung yang berhenti tepat di Maja yang ongkosnya cuma Rp7 ribu saja.

Dengan belum adanya jalan tol langsung dari Jakarta ke Maja, kereta adalah pilihan yang paling murah dan masuk akal untuk transportasi sehari-hari kaum pekerja Maja yang mengais rezeki di mantan ibu kota Jakarta dan area sekitarnya.

Sejarah Modernisasi Stasiun Maja

Dari laporan kompas.com, elektrifikasi baru sampai di Stasiun Maja pada Juni 2012.

Lalu barulah pada 17 April 2013, di Stasiun Maja PT KCI membuka rute KRL Commuter Line AC tujuan Stasiun Tanah Abang.

Bangunan stasiun peninggalan kolonial yang sempit dan kecil masih bisa kita lihat hingga tahun 2014. Di tahun ini sudah muncul rencana bahwa bangunan stasiun ini akan diperbesar, demikian dikutip dari Majalah KA melalui laman railfansid.fandom.com.

Bangunan ini kemudian dimodernisasi seiring dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat sekitarnya terutama saat rencana pembangunan Kota Mandiri Maja mulai direalisasikan.

Proses modernisasi bangunan dimulai Juni 2014, menurut laman merdekanews.co. Perombakan bangunan stasiun dengan luas 1.612 meter persegi tersebut ditandai dengan permulaan pengoperasian alat berat oleh Dirjen Perkeretaapian Kemenhub saat itu, Hermanto Dwiatmoko.

Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Banten saat itu, Rano Karno, mengatakan bahwa pembangunan Stasiun Maja ini kelak akan dibarengi pembangunan jalur ganda Parungpanjang – Maja sepanjang 20,97 km.

Tapi sayangnya kita sudah tidak bisa menyaksikan bentuk bangunan stasiun asli dari masa kolonial Belanda karena bangunannya sudah dihancurkan. Lain dari bangunan asli Stasiun Palmerah yang masih bisa disaksikan berdiri dalam bangunan stasiun yang sudah diperbesar untuk memenuhi kebutuhan lonjakan volume penumpang.

Proyek pembangunan stasiun Maja yang lebih modern dan besar pun selesai tahun 2015 dan anggaran yang dihabiskan mencapai Rp22,5 miliar.

Pemugaran Stasiun Maja dilaksanakan bersamaan dengan pemugaran bangunan Stasiun Kebayoran dan Parungpanjang, ungkap Media Indonesia pada 12 Mei 2016.

Halaman parkirnya juga terbilang luas saat itu meski makin lama jumlah kendaraan penumpang makin tak tertampung. Kini sebagian penumpang harus menitipkan kendaraan di luar halaman parkir resmi stasiun ke pihak luar.

Mulanya, stasiun ini memunyai 2 jalur kereta api dengan jalur 2 sebagai sepur lurus. Jalur ganda petak Maja–Parungpanjang kemudian baru dioperasikan pada tanggal 17 Desember 2015.

Di tahun 2015 memang proyek properti tahap 1 di Citra Maja Raya sudah mulai dibangun dan pemugaran Stasiun Maja adalah salah satu poin penting penyediaan sarana transportasi umum yang memudahkan warga ibu kota kala itu untuk ke Maja yang notabene masih dicap “udik” karena begitu jauh dari Jakarta (sekitar 50-60 km dari jantung ibu kota).

Tanpa modernisasi Stasiun Maja, rasanya akan sulit menarik orang dari Jakarta untuk mau sekadar berkunjung ke Maja. Apalagi jika mereka harus membeli rumah di daerah yang masih sepi dan minim fasilitas umum ini.

Dua tahun setelah Stasiun Maja dipugar menjadi begitu megah dengan dua lantai dan gaya bangunan modern minimalis seperti Stasiun Palmerah dan Kebayoran, PT Kereta Commuter Indonesia memperpanjang rute KRL Commuter Line mereka ke Stasiun Rangkasbitung. Peresmiannya kereta jurusan Tanah Abang-Rangkasbitung diumumkan ke publik tepat di tanggal 1 April 2017. Anda bisa menonton liputan peresmian rute baru itu di video YouTube di bawah ini.

Selamat Tinggal Kereta Api Lokal

Sebelum beroperasinya kereta Commuter Line ini, sudah ada kereta api lokal dengan tarif relatif murah (cuma Rp200) yang melayani jurusan Rangkasbitung tetapi kualitas kenyamanan dan kelayakannya jauh dari standar yang manusiawi karena penumpang berjubel. Penumpang gelap tanpa tiket juga masih bisa bebas masuk ke gerbong. Belum lagi para pedagang lokal yang membawa barang dagangan yang bermacam-macam (bahkan bisa berupa hewan ternak hidup) dengan ukuran yang di luar kewajaran dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi sesama penumpang.

Menurut penuturan sumber warga Maja yang sebelum era Commuter Line masih kerap naik kereta ke Jakarta dari Maja, mereka tidak boleh terlambat sampai di stasiun karena waktu keberangkatan kereta cuma dua kali dalam sehari: pagi dan sore. Jadi jika Anda terlambat sedetik saja, lewatlah kesempatan untuk bekerja di Jakarta pada hari itu.

Stasiun Maja dilintasi jalur ganda sepenuhnya baru pada tanggal 1 Desember 2019 menurut laman railfansid.fandom.com.

Sekarang jeda antara satu kereta jurusan Tanah Abang dengan kereta berikutnya cuma sekitar 20-30 menit. Bahkan di pagi hari saat jam kerja bisa cuma 10 menit saja jedanya. Ini tentunya sangat memudahkan para pekerja yang berkantor di area pusat aktivitas ekonomi seperti Jakarta atau Tangerang Selatan yang sudah memiliki rumah dan memutuskan untuk bermukim di Maja.

Bagaimana dengan Anda sendiri? Kapan Anda pertama kali ke Stasiun Maja dan kenangan apa yang Anda miliki di sini? (*/)

Ingin bisnis atau aktivitas Anda di Maja diliput oleh SekitarMaja.com? Kirimkan tip berita Anda ke sekitarmaja@gmail.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *